assalamu'alaikum wr.wb..
It's been so long. and now I come back with bring a education for you all friend, cause I get focus at civil engineering major right now, so I posting about geology .. enjoy it guys! :)
BAB
II
2.1. LANDSLIDE
A.
Pengertian
Tanah longsor atau
dalam bahasa Inggris disebut Landslide, disebut sebagai gerakan tanah atau suatu peristiwa geologi
yang terjadi karena pergerakan masa batuan
atau tanah
dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan bahan rombakan, tanah,
atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng karena pengaruh gravitasi.
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong
dan faktor pemicu. Faktor pendorong
adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan
faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Tanah longsor terjadi apabila gaya
pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan. Gaya penahan pada
umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya
pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis
tanah atau batuan (PVMBG, 2008). Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa tanah longsor/longsoran (landslide) adalah pergerakan
suatu material penyusun lereng berupa massa batuan, tanah, atau bahan rombakan
material (yang merupakan percampuran tanah dan batuan) menuruni lereng, yang
terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan.
Proses tersebut melalui tiga tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau
pergerakan, dan pengendapan.
Pengertian tanah longsor (landslide)
menurut para ahli, Cruden (1991)
adalah gerakan massa batuan, puing-puing atau tanah yang menuruni sebuah
lereng. Varnes (1978)
mendefinisikan tanah longsor sebagai gerakan material ke bawah dan ke luar dari
sebuah lereng di bawah pengaruh gravitasi. Brunsden (1984) lebih memilih istilah gerakan massa dan Dikau dkk (1996) mendefinisikan sebagai
perpindahan massa pada suatu proses yang tidak memerlukan media transportasi
seperti air, udara atau es. Fenomena tanah longsor tidak hanya sebatas
"tanah" dan "longsor". Penggunaan kata "tanah
longsor" memiliki makna yang jauh lebih luas.
Tipe Tanah Longsor Menurut Varnes (1978)
Berbagai jenis tanah longsor dapat
dibedakan dari jenis material longsoran. Sistem klasifikasi lainnya
menggabungkan variabel tambahan, seperti tingkat gerakan dan air, udara, atau
konten es.
|
Slump-earth flow - yang menunjukan bagian-bagian
dari tanah
longsor. (Highland and Johnson, 2004)
|
Meskipun longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan,
longsor dapat juga terjadi di daerah-daerah berelief rendah. Di daerah ini,
longsor terjadi karena faktor cut and fill, sebagai contoh; penggalian
jalan dan bangunan, tebing sungai, runtuhnya tumpukan galian tambang (terutama
tambang batubara), dan berbagai kegagalan lereng lainnya terkait dengan
pertambangan khususnya tambang terbuka.
1.
SLIDE: Terdiri dari Rotational Slide, Translational Slide dan
Block Slide.
·
Rotational
Slide adalah bergeraknya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung ke atas, dan pergerakan longsornya
secara umum berputar pada satu sumbu yang sejajar dengan permukaan tanah.
·
Translational
Slide adalah bergeraknya massa tanah
dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata dengan sedikit rotasi atau
miring ke belakang.
·
Block
Slide adalah pergerakan batuan yang
hampir sama dengan Translational Slide, tetapi massa yang bergerak terdiri dari
blok-blok yang koheren.
|
Rotational Landslide -
Translational Landslide - Block Slide (Highland and Johnson, 2004)
|
2. FALL: adalah gerakan secara tiba-tiba dari bongkahan batu
yang jatuh dari lereng yang curam atau tebing. Pemisahan terjadi di sepanjang
kekar dan perlapisan batuan. Gerakan ini dicirikan dengan terjun bebas, mental
dan menggelinding. Sangat dipengaruhi oleh gravitasi, pelapukan mekanik, dan
keberadaan air pada batuan.
|
Rockfall (Highland
and Johnson, 2004)
|
3. TOPPLES: gerakan ini dicirikan dengan robohnya unit
batuan dengan cara berputar kedepan pada satu titik sumbu (bagian dari unit
batuan yang lebih rendah) yang disebabkan oleh gravitasi dan kandungan air pada
rekahan batuan.
|
Topple (Highland
and Johnson, 2004)
|
4.
FLOWS: gerakan ini terdiri dari 5 ketegori yang mendasar.
·
Debris
Flow adalah bentuk gerakan massa yang
cepat di mana campuran tanah yang gembur, batu, bahan organik, udara, dan air
bergerak seperti bubur yang mengalir pada suatu lereng. Debris flow
biasanya disebabkan oleh aliran permukaan air yang intens, karena hujan lebat
atau pencairan salju yang cepat, yang mengikis dan memobilisasi tanah gembur
atau batuan pada lereng yang curam.
·
Debris
Avalance adalah longsoran es pada lereng
yang terjal. Jenis ini adalah merupakan jenis aliran debris yang pergerakannya
terjadi sangat cepat.
·
Earthflow berbentuk seperti "jam pasir". Pergerakan
memanjang dari material halus atau batuan yang mengandung mineral lempung di
lereng moderat dan dalam kondisi jenuh air, membentuk mangkuk atau suatu
depresi di bagian atasnya.
·
Mudflow adalah sebuah luapan lumpur (hampir sama seperti Earthflow)
terdiri dari bahan yang cukup basah, mengalir cepat dan terdiri dari setidaknya
50% pasir, lanau, dan partikel berukuran tanah liat.
·
Creep adalah perpindahn tanah atau batuan pada suatu lereng
secara lambat dan stabil. Gerakan ini disebabkan oleh shear stress, pada
umumnya terdiri dari 3 jenis:
o Seasonal, di mana
gerakan berada dalam kedalaman tanah, dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan
suhu tanah yang terjadi secara musiman.
o Continuous,
di mana shear stress terjadi secara terus menerus melebihi ketahanan
material longsoran.
o Progressive, di
mana lereng mencapai titik failur untuk menghasilkan suatu gerakan
massa. Creep ditandai dengan adanya batang pohon yang melengkung, pagar
atau dinding penahan yang bengkok, dan adanya riak tanah kecil atau pegunungan.
|
Debris
Flow - Debris Avalance - Earthflow - Creep (Highland and Johnson, 2004)
|
5. LATERAL SPREADS: umumnya terjadi pada lereng yang landai
atau medan datar. Gerakan utamanya adalah ekstensi lateral yang disertai
dengan kekar geser atau kekar tarik. Ini disebabkan oleh likuifaksi, suatu
proses dimana tanah menjadi jenuh terhadap air, loose, kohesi sedimen
(biasanya pasir dan lanau) perubahan dari padat ke keadaan cair.
|
Lateral
Spread (Highland and Johnson, 2004)
|
B.
Jenis-Jenis Landslide
Jenis-jenis
tanah longsor dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.
Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Jenis longsoran
ini paling banyak terjadi di Indonesia.
Gambar: Longsoran
Translasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. Jenis longsoran
ini juga banyak terjadi di Indonesia.
Gambar: Longsoran
Rotasi
3.
Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan
batuan yang bergerak pada bidan gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut
juga longsoran translasi blok batu.
Gambar: Longsoran Blok
4.
Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika
sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh
bebas.Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di
daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang
parah. Umumnya
terjadi pada lereng yang terjal terutama di daerah pantai.
Gambar: Longsoran Batu
5.
Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah
longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.
Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup
lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon,
atau rumah miring ke bawah.
Gambar: Rayapan Tanah
6.
Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi
ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada
kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya
terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di
sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak. Longsoran jenis
ini paling banyak memakan korban jiwa manusia.
Gambar: Aliran Bahan Rombakan
C. Penyebab
Pada prinsipnya tanah longsor
terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya
penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan
gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat
jenis tanah batuan.
Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor
:
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya
dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim
kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan
tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga
tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke
bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal
musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga
kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat
menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan
terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila
ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan
diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan
memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air
sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan
longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya
mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau
tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220.
Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila
terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah
karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan
sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya
kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses
pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng
yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan
persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada
lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya
tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah
longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan
oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan.
Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau
bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat
di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk
220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban
bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya
longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya
adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah
lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air
sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan
sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada
tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas
lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah.
Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah
asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan
tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi
selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang
relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas
longsoran lama memilki ciri:
·
Adanya tebing terjal yang panjang
melengkung membentuk tapal kuda.
·
Umumnya dijumpai mata air, pepohonan
yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
·
Daerah badan longsor bagian atas
umumnya relatif landai.
·
Dijumpai longsoran kecil terutama
pada tebing lembah.
·
Dijumpai tebing-tebing relatif
terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
·
Dijumpai alur lembah dan pada
tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
·
Longsoran lama ini cukup luas.
12.
Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung).
Bidang tidak sinambung ini memiliki
ciri:
·
Bidang perlapisan batuan
·
Bidang kontak antara tanah penutup dengan
batuan dasar
· Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan
yang kuat.
· Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan
batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
· Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang
padat.
Bidang-bidang tersebut merupakan
bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi
di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah
untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor
apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar
120 orang lebih meninggal.
D. Tanda-Tanda Landslide
Sebelum atau saat terjadi tanah longsor, terdapa tanda-tanda
yang sering muncul saat terjadi tanah longsor. Gejala-gejala terjadinya tanah
longsor adalah:
1) Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah
tebing.
2) Biasanya terjadi setelah hujan.
3) Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
4) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
5) Jika musim hujan, biasanya air tergenang, menjelang bencana itu,
airnya langsung
hilang.
6) Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar.
7) Pohon atau tiang listrik banyak yang miring.
E.
Proses Terjadi Landslide