Selasa, 08 Desember 2015

Fakta tentang serigala yang mengejutkan





Hai,selamat malam sobat blogger.. malam ini saya mendadak ingin memposting tentang serigala. Mungkin karena setelah menonton film korea yang judulnya werewolf .. saya jadi tertarik untuk membahas tentang serigala dan ketertarikan saya pada mamalia dengan suara aungan menyayat hati yang satu ini.
Serigala adalah mamalia yang biasannya hidup berkelompok, tersebar di daratan eropa maupun asia, namun dia asia populasi serigala bisa dikatakan sedikit dibanding populasi di eropa, serigala adalah salah satu binatang favorite saya selain harimau,cheetah, dan lumba-lumba, bisa dibilang serigala adalah satu-satunya jenis binatang yang memiliki kekerabatan dengan anjing yang saya sukai. Berikut adalah beberapa fakta mengejutkan tentang serigala dan menjadi alasan saya menyukai serigala:
1.      1. serigala adalah mamalia yang memiliki loyalitas yang tinggi.
                Serigala biasanya hidup berkelompok,didalam kelompok yang  biasannya terdiri dari  beberapa ekor serigala yang jumlahnya tergantung dengan ketersediaan makanan di alam liar,dan di dalam kelompok ini terdapat pemimpin yang biasannya di sebut alpha dengan pasangan wanitanya. Pasangan ini merupakan pasangan dominan di kelompok, mereka melahirkan lebih banyak anak dari yang lainnya, serigala lain apabila berpapasan dengan pemimpin kawanan ini selalu merendahkan ekornya sebagai tanda hormatnya pada pemimpin, dan didalam kawanan sering di dapati “bibi” adalah serigala yang ikut merawat anak2 serigala wanita lain, dan tidak heran apabila kita melihat apabila ada salah satu serigala yang sakit maka akan ada serigala yang berburu untuk mencarikannya makan, disinilah letak loyalitas serigala.

2.       2.Walaupun serigala adalah anjing liar, namun ia dapat bersahabat dengan manusia
Ya, bahkan diketahui bahwa persahabatan pertamaa antara manusia dengan binatang liar adalah dengan serigala,jadi beribu-ribu tahun yang lalu manusia sudah bersahabat dengan serigala dikarenakan loyalitasnya yang tinggi dan kesetiaannya yang tinggi pula.

3.      3.Serigala memiliki daya tahan tubuh yang kuat.
             Serigala memiliki bulu yang terdiri dari dua lapisan yang membuat ia dapat hidup di lingkungan dingin bahkan -40 c. Selain itu serigala dapat menahan lapar dalam jangka waktu yang sangat lama, contohnya serigala kutub, mereka pergi berburu ber mil-mil jauhnya dengan menahan lapar hingga pulang membawa hasil buruan untuk kawanannya. Serigala juga memiliki kuku,dan taring yang sangat tajam, stamina nya juga sangat tinggi, serigala juga mampu berlari sangat kencang, memiliki penglihatan,pendengaran,dan penciuman yang sangat tajam., 20 kali lebih tinggi dari manusia.

4.seigala hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya.
                Ya, ini adalah salah satu fakta selain loyalitas  yang membuat saya sangat tertarik dengan serigala. Mereka hanya memiliki satu pasangan wanita maupun laki-laki seumur hidupnya. Kesetiaannya dan kasih sayangnya pada pasangan membuat saya sangat- sangat kagum. Dengan memiliki keunngulan stamina, kekuatan, loyalitas,kasih sayang,dan kesetiaan yang tinggi tentu ia akan menjaga pasangannya dan keluargannya dengan sepenuh hati tanpa membiarkan hal buruk apapun menimpa mereka, bahkan apabila ia harus bertaruh dengan nyawannya.

Sekian fakta mengejutkan tentang serigala, selain itu saya juga merekomendasikan pembaca untuk menonton film produksi korea yang berjudul werewolf yang dibintangi aktor song joong ki. Film ini menceritakan tentang kesetiaan manusia serigala dan cinta yang benar-benar tulus. Sekian dari saya,terimakasih..


Jumat, 04 Desember 2015

Penjelasan lengkap Tentang Landslide



assalamu'alaikum wr.wb..
It's been so long. and now I come back with bring a education for you all friend, cause I get focus at civil engineering major right now, so I posting about geology .. enjoy it guys! :)
BAB II
2.1. LANDSLIDE
            A. Pengertian
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, disebut  sebagai gerakan tanah atau suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng karena pengaruh gravitasi. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.  Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Tanah longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan. Gaya penahan pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah atau batuan (PVMBG, 2008). Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tanah longsor/longsoran (landslide) adalah pergerakan suatu material penyusun lereng berupa massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material (yang merupakan percampuran tanah dan batuan) menuruni lereng, yang terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan. Proses tersebut melalui tiga tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau pergerakan, dan pengendapan.
Pengertian tanah longsor (landslide) menurut para ahli, Cruden (1991) adalah gerakan massa batuan, puing-puing atau tanah yang menuruni sebuah lereng. Varnes (1978) mendefinisikan tanah longsor sebagai gerakan material ke bawah dan ke luar dari sebuah lereng di bawah pengaruh gravitasi. Brunsden (1984) lebih memilih istilah gerakan massa dan Dikau dkk (1996) mendefinisikan sebagai perpindahan massa pada suatu proses yang tidak memerlukan media transportasi seperti air, udara atau es. Fenomena tanah longsor tidak hanya sebatas "tanah" dan "longsor". Penggunaan kata "tanah longsor" memiliki makna yang jauh lebih luas.
Tipe Tanah Longsor Menurut Varnes (1978)
Berbagai jenis tanah longsor dapat dibedakan dari jenis material longsoran. Sistem klasifikasi lainnya menggabungkan variabel tambahan, seperti tingkat gerakan dan air, udara, atau konten es.








         
             Slump-earth flow - yang menunjukan bagian-bagian
            dari tanah longsor. (Highland and Johnson, 2004)

Meskipun longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan, longsor dapat juga terjadi di daerah-daerah berelief rendah. Di daerah ini, longsor terjadi karena faktor cut and fill, sebagai contoh; penggalian jalan dan bangunan, tebing sungai, runtuhnya tumpukan galian tambang (terutama tambang batubara), dan berbagai kegagalan lereng lainnya terkait dengan pertambangan khususnya tambang terbuka.
1. SLIDE: Terdiri dari Rotational Slide, Translational Slide dan Block Slide.
·         Rotational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung ke atas, dan pergerakan longsornya secara umum berputar pada satu sumbu yang sejajar dengan permukaan tanah.
·         Translational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata dengan sedikit rotasi atau miring ke belakang.
·         Block Slide adalah pergerakan batuan yang hampir sama dengan Translational Slide, tetapi massa yang bergerak terdiri dari blok-blok yang koheren.                

            Rotational Landslide - Translational Landslide - Block Slide (Highland and Johnson, 2004)
2. FALL: adalah gerakan secara tiba-tiba dari bongkahan batu yang jatuh dari lereng yang curam atau tebing. Pemisahan terjadi di sepanjang kekar dan perlapisan batuan. Gerakan ini dicirikan dengan terjun bebas, mental dan menggelinding. Sangat dipengaruhi oleh gravitasi, pelapukan mekanik, dan keberadaan air pada batuan.

Rockfall (Highland and Johnson, 2004)
3. TOPPLES: gerakan ini dicirikan dengan robohnya unit batuan dengan cara berputar kedepan pada satu titik sumbu (bagian dari unit batuan yang lebih rendah) yang disebabkan oleh gravitasi dan kandungan air pada rekahan batuan.

Topple (Highland and Johnson, 2004)
4. FLOWS: gerakan ini terdiri dari 5 ketegori yang mendasar.
·         Debris Flow adalah bentuk gerakan massa yang cepat di mana campuran tanah yang gembur, batu, bahan organik, udara, dan air bergerak seperti bubur yang mengalir pada suatu lereng. Debris flow biasanya disebabkan oleh aliran permukaan air yang intens, karena hujan lebat atau pencairan salju yang cepat, yang mengikis dan memobilisasi tanah gembur atau batuan pada lereng yang curam.
·         Debris Avalance adalah longsoran es pada lereng yang terjal. Jenis ini adalah merupakan jenis aliran debris yang pergerakannya terjadi sangat cepat.
·         Earthflow berbentuk seperti "jam pasir". Pergerakan memanjang dari material halus atau batuan yang mengandung mineral lempung di lereng moderat dan dalam kondisi jenuh air, membentuk mangkuk atau suatu depresi di bagian atasnya.
·         Mudflow adalah sebuah luapan lumpur (hampir sama seperti Earthflow) terdiri dari bahan yang cukup basah, mengalir cepat dan terdiri dari setidaknya 50% pasir, lanau, dan partikel berukuran tanah liat.
·         Creep adalah perpindahn tanah atau batuan pada suatu lereng secara lambat dan stabil. Gerakan ini disebabkan oleh shear stress, pada umumnya terdiri dari 3 jenis:
o    Seasonal, di mana gerakan berada dalam kedalaman tanah, dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan suhu tanah yang terjadi secara musiman.
o    Continuous, di mana shear stress terjadi secara terus menerus melebihi ketahanan material longsoran.
o    Progressive, di mana lereng mencapai titik failur untuk menghasilkan suatu gerakan massa. Creep ditandai dengan adanya batang pohon yang melengkung, pagar atau dinding penahan yang bengkok, dan adanya riak tanah kecil atau pegunungan.
Debris Flow - Debris Avalance - Earthflow - Creep (Highland and Johnson, 2004)
5. LATERAL SPREADS: umumnya terjadi pada lereng yang landai atau medan datar. Gerakan utamanya adalah ekstensi lateral yang disertai dengan kekar geser atau kekar tarik. Ini disebabkan oleh likuifaksi, suatu proses dimana tanah menjadi jenuh terhadap air, loose, kohesi sedimen (biasanya pasir dan lanau) perubahan dari padat ke keadaan cair.

                                   
                          Lateral Spread (Highland and Johnson, 2004)

            B. Jenis-Jenis Landslide
     Jenis-jenis tanah longsor dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.    Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Jenis longsoran ini paling banyak terjadi di Indonesia.
 
  Gambar: Longsoran Translasi

2.    Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. Jenis longsoran ini juga banyak terjadi di Indonesia.
  Gambar: Longsoran Rotasi
           
3.    Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidan gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
Gambar: Longsoran Blok
           
4.    Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal terutama di daerah pantai.
Gambar: Longsoran Batu

5.    Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
Gambar: Rayapan Tanah

6.    Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak. Longsoran jenis ini paling banyak memakan korban jiwa manusia.
                       
                        Gambar: Aliran Bahan Rombakan
                C. Penyebab
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor :
1.      Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.

2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.

5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.


6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.

9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:
·         Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
·         Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
·         Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
·         Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
·         Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
·         Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
·         Longsoran lama ini cukup luas.


12.  Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung).
Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:
·     Bidang perlapisan batuan
·     Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
·      Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
·      Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
·      Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.

Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.

13.  Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

14.  Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

            D.  Tanda-Tanda Landslide
Sebelum atau saat terjadi tanah longsor, terdapa tanda-tanda yang sering muncul saat terjadi tanah longsor. Gejala-gejala terjadinya tanah longsor adalah:
1)      Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
2)      Biasanya terjadi setelah hujan.
3)      Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
4)      Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
5)      Jika musim hujan, biasanya air tergenang, menjelang bencana itu,
       airnya langsung hilang.
6)      Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar.
7)      Pohon atau tiang listrik banyak yang miring.

            E. Proses Terjadi Landslide